Mengintip 3 Elemen Kurikulum Deep Learning yang Disebut Mendikdasmen RI Sebagai Model Pembelajaran Baru di Indonesia

banner 468x60

Musirawas.com – Ramai wacana perubahan kurikulum baru di Indonesia usai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mukti membahas terkait kurikulum deep learning atau pembelajaran mendalam.

Dalam unggahan yang beredar di media sosial, Mukti kedapatan membocorkan tentang kurikulum deep learning seraya menilai materi belajar bagi siswa di Indonesia saat ini masih cenderung banyak.

banner 336x280

Mendikdasmen RI itu menyoroti kurikulum materi belajar di Indonesia dapat dikurangi namun tetap mendalam, seperti kurikulum deep learning yang diterapkan di Australia.

“Materi pelajaran mungkin ringan, tetapi cara menjelaskannya mendalam,” ujar Mukti yang tampak dalam video yang diunggah akun X @BarisanPemudaRI, pada Selasa, 5 November 2024.

“Sehingga dengan cara itu, guru bisa berimprovisasi dan murid bisa berkembang keinginannya,” tambahnya.

Cuitan itu pun menjadi viral dan telah ditonton oleh sebanyak 207,8 ribu pengguna di media sosial X, berdasarkan peninjauan per tanggal 8 November 2024.

Adapun beragam komentar warganet yang menilai tentang masalah kurikulum deep learning hingga saran terkait kurikulum baru di Indonesia.

“Mindful, meaningful bagus, tapi masalahnya: mayoritas guru masih mengajar dengan textbook atau tekstual kesulitan improve,” ujar warganet dengan akun X @washeeps.

“Apapun kurikulumnya tanamkan pada anak bisa baca tulis dan berhitung dulu. Pendidikan akhlak tidak kalah pentingnya ditanamkan pada anak didik,” ungkap warganet melalui akun @mulyono3056.

Berkaca dari hal itu, berikut ini penjelasan terkait kurikulum deep learning yang disebut Mendikdasmen dapat diterapkan di Indonesia.

Apa Itu Kurikulum Deep Learning?

Mukti mengungkapkan kurikulum deep learning dapat membantu siswa memahami materi secara lebih baik melalui metode pembelajaran yang membangun pemikiran kritis.

Selain itu, elemen yang dirancang dalam kurikulum deep learning bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang tidak hanya mengedepankan pengetahuan namun juga pengalaman bermakna bagi siswa.

“Kita arahkan dengan pembelajaran mindful, meaningful, dan joyful,” sebut Mukti dalam kesempatan yang sama.

Model Belajar di Australia Sejak Tahun 1995

Dalam kesempatan yang sama, Mukti menjelaskan model pembelajaran dari kurikulum deep learning sudah ada sejak 1995.

Mendikdasmen RI itu menceritakan pengalamannya belajar kurikulum deep learning saat menjalani perkuliahan gelar Master of Education di Flinders University, Adelaide, Australia.

Terkait hal tersebut, Mukti ingin siswa di Indonesia juga dapat diarahkan untuk mendapatkan pembelajaran serupa.

Mukti pun mencontohkan, pembelajaran dengan prinsip mindful dapat dilakukan oleh guru untuk menyadari setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda.

Kemudian, prinsip mindful itu diterapkan agar para siswa didorong untuk berpikir kritis dan terlibat aktif selama proses belajar.

“Tiba-tiba ada yang bertanya di tengah pelajaran, jangan dihentikan,” tandasnya.

Tiga Elemen dalam Kurikulum Deep Learning

Seperti diketahui, Mendikdasmen RI telah membuat gagasan terkait kurikulum deep learning sebagai kurikulum baru di Indonesia dengan pendekatan pembelajaran yang lebih mendalam.

Dikutip dari Teacher Magazine, berikut ini tiga elemen dalam kurikulum deep learning yang menjadi metode pembelajaran yang disebut Mukti telah diterapkan di Australia:

1. Mindful Learning

Elemen ini berarti para guru dapat menghargai keunikan dan keterlibatan siswa yang bertujuan untuk memberikan ruang bagi siswa untuk aktif terlibat dalam proses belajar.

Mindful learning akan lebih memperhatikan perbedaan kebutuhan dan potensi setiap siswa selama proses belajar berlangsung.

Melalui pendekatan ini, siswa diharapkan dapat terlibat langsung melalui diskusi, eksperimen, dan eksplorasi terhadap materi yang diajarkan oleh sang guru.

2. Meaningful Learning

Pada elemen meaningful learning, siswa diajak untuk memahami alasan di balik setiap pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya.

Pendekatan ini memposisikan guru sebagai fasilitator yang membantu siswa mengaitkan pelajaran dengan penerapan di dunia nyata.

Contohnya, guru dapat menjelaskan tentang konsep-konsep tertentu akan bermanfaat dalam mengelola keuangan pribadi. Melalui pemahaman ini, siswa diharapkan lebih termotivasi dan antusias dalam belajar.

3. Joyful Learning

Elemen ini berarti menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi para siswa, sehingga menciptakan pengalaman belajar yang bermakna.

Joyful Learning akan siswa tidak hanya merasa senang, namun juga benar-benar memahami materi yang dipelajari.

Contoh dalam pelajaran sejarah, guru bisa mengadakan simulasi atau diskusi yang membuat siswa lebih aktif terlibat.

Melalui cara ini, siswa tidak hanya belajar sejarah sebagai hafalan, namun juga bisa memahami konteks historis secara lebih mendalam.***

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *