JAKARTA -— Penghentian Kurikulum 2013 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan membuat sekolah di Indonesia tidak punya kurikulum yang seragam. Walau sudah dihentikan, Kurikulum 2013 masih diterapkan di 6.221 sekolah di seluruh Tanah Air.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Fahira Idris berharap Mendikbud membuat kurikulum pendidikan yang asyik dan menyenangkan siswa. Fahira mengaku mendapat banyak SMS dan email dari berbagai daerah terutama dari orang tua yang menginginkan ada sebuah formulasi kurikulum yang mampu menghadirkan proses belajar mengajar yang disukai siswa.
“Harapan saya, kondisi seperti ini (ada dua kurikulum yang diterapkan) jangan terlalu lama berlangsung,” ujar wanita yang juga Wakil Ketua Komite III DPD yang salah satu bidangnya mengurusi pendidikan ini, Senin (29/12).
Salah satu persoalan mendasar pendidikan Indonesia, kata Fahira, adalah kualitas guru. Oleh karena itu kurikulum ke depan harus menjawab persoalan peningkatan kualitas guru.
Menurut Fahira, jika ingin mengubah wajah pendidikan nasional, bukan melulu soal mengganti kurikulum. Tetapi, bagaimana melatih guru agar mampu membuat proses belajar mengajar menjadi asik dan menyenangkan.
Selain guru, jelas Fahira, dalam setiap perumusan kurikulum, peserta didik harus didengar aspirasinya. Hal ini menjadi penting karena para guru dan peserta didiklah yang menjadi aktor utama penerapan kurikulum.
Salah satu alasan seringnya pergantian kurikulum di Indonesia, lanjut Fahira, karena nilai peserta didik di Indonesia pada tingkat internasional dianggap rendah. Padahal, anak-anak Indonesia pintar. “Lihat saja, setiap ada Olimpiade matematika, fisika, sains tingkat dunia, anak-anak kita selalu dapat medali emas," kata dia.
Artinya, Fahira menegaskan Indonesia perlu guru yang berkualitas. Satu lagi yang paling penting dalam penerapan kurikulum, tambah Fahira, adalah kesiapan guru-guru di daerah terutama di Daerah Tertinggal, Terluar, dan Terdepan. (rol)