MUSIRAWAS, Jurnalindependen.com — Tidak kurang dari 5 hektar tanaman padi di Desa Satan Indah Jaya, Kecamatan Muara Beliti, Musi Rawas mengalami puso akibat diserang hama Wereng Coklat.
Sebagaimana disampaikan Kepala Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura Kabupaten Musi Rawas melalui Kabid Tanaman Pangan, Tohirin diduga serangan hama Wereng Coklat beberapa waktu lalu berasal dari urban (hama pindah) dari tanaman padi di wilayah Kota Lubuklinggau yang ditinggal setelah panen.
“Kalau dilihat dari kejadian ini termasuk aneh, karena biasanya hama wereng coklat menyerang pada saat musim hujan, namun kenyataan lain justru di musim kemarau.
Berdasarkan pendapat para ahli serangan ini merupakan siklus 10 tahunan sekali, jadi mungkin tahun 2005 lalu pernah terjadi juga,” ungkap Tohirin kepada Jurnalindependen.com, Senin (09/11/2015).
Untuk mengendalikan serangan hama ini, lanjut Tohirin tidak lain dengan pemusnahan dengan gerakan penyemprotan massal. Untuk obat semprot kita juga telah dibantu pihak Provinsi Sumatera Selatan, sedangkan lahan yang puso sudah diganti dengan bibit padi baru.
“Kalau dihitung dari kerugian yang diderita, akibat puso berdasarkan asumsi yakni 5 ha x 3 ton padi x harga Rp 8.000/kg = Rp 120 juta. Untuk selanjutnya dalam pengendalian hama ini harus diamati baik petani maupun petugas pengamat hama tanaman, kalau ditemukan satu saja hama tersebut mesti dimusnahkan dan pihak UPTD Kecamatan akan tancap bendera tanda daerah terserang hama,” papar Tohirin.
Tohirin juga menerangkan kelemahan sistem tanam padi di Musi Rawas yang bergantian menanam padi, memberi peluang hama khususnya wereng coklat berkembang dan berpindah.
Tanam padi secara bergantian disebabkan kebutuhan air untuk sawah tidak cukup, padahal hitungan kubik dari irigasi sebenarnya cukup namun karena tertib penggunaan air tidak berjalan termasuk pemanfaatan air kolam ikan yang ada.
Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Tanaman Pangan Kecamatan Muara Beliti, Setiadi menyampaikan bahwa pihaknya sudah melakukan setidaknya 4 kali penyemprotan hama Wereng Coklat.
“Penyemprotan pertama sudah dilakukan di tanaman padi yang dirusak (puso) terus melebar dengan radius 25 meter. Selanjutnya setiap petani disana di beri obat agar dapat menyemprot sendiri di sawah masing-masing,” kata Setiadi.
Menurut Setiadi obat yang diberikan sudah mencukupi dengan dosis berbeda-beda untuk 330 hektar sawah yang ada di daerah tersebut. Kelalaian yang sering terjadi setelah panen tanaman ditinggal dan disaat itulah hama Wereng berkembang dan berpindah ke tanaman padi yang lain.
“Perkembangan Hama Wereng Coklat luar biasa, satu induk dengan umur 38 hingga 32 hari mampu menelurkan bibitnya hingga 200 butir telur, bila menetas dapat dibayangkan kelipatan jumlah dari hama tersebut. Maka dari itu petani mesti terus mengamati walaupun telur hama sekalipun, cepat lakukan penyemprotan secara efektif,” jelas Setiadi. (fs)
Berita Terkait :
Padi Diserang Hama Wereng Coklat, Petani Air Satan dan Satan Indah Merugi