MENGAPA HIPNOANALISIS?
Pentingnya mempelajari dan mempraktikkan hipnoanalisis
Muhammad Fakhrun Siraj
Tepat bulan September 2021 ini, saya sudah tiga tahun mengajar psikoanalisis di Magister Psikologi Profesi di sebuah kampus swasta ternama Surabaya. Dalam kehidupan kampus, saya dikenal sebagai “orang yang sangat psikologis”, menolak pragmatisme dalam psikoterapi, dan mengkampanyekan kesehatan mental sebagai gaya hidup berkesadaran.
Mengetahui bahwa kemarin saya baru saja dikukuhkan sebagai Trainer Hipnosis dan Hipnoterapi berlisensi IHC dan PKHI, tampaknya memancing perhatian dari dosen-dosen senior.
“Bukankah Pak Fakhrun seharusnya kontra dengan mereka? Penelitian mereka mengejek efektivitas psikoanalisis hanya 30an% setelah ratusan sesi,” tanya seorang dosen.
Saya tersenyum dan menjawab, “Data itu benar adanya. Persisnya 38% untuk 600 sesi psikoanalisis. Ya, begitulah adanya.”
Mereka menatap keheranan, “Jadi benar psikoanalisis tidak efektif?”
“Oh bukan itu maksudnya. Survey yang dilakukan Alfred Barrios hanya memperbandingkan jumlah sesi dan kecepatan pemulihan antara hipnoterapi, terapi perilaku, dan psikoanalisis. Bukan memperbandingkan efektivitasnya,” jawab saya.
Saya pun melanjutkan penjelasan bahwa survey Barrios itu tidak imbang dari segi populasi yang ditangani masing-masing terapi, tidak jelas juga apa saja keluhan dari klien. Psikoanalisis banyak menangani gangguan kepribadian, sementara hipnoterapi cenderung pada masalah cara berpikir. Itu jelas dua variabel yang sangat berbeda. Survey Barrios tidak apple-to-apple . Dan yang paling penting, itu adalah data tahun 1970. Jangan berpikir bahwa apa yang dulu bisa menyembuhkan, sekarang masih bisa berlaku. Faktanya, sebagian besar terapi yang dulunya efektif, sekarang sedang terjun bebas.
Penelitian yang benar-benar sebanding untuk meninjau efektivitas terapi baru dilakukan tahun 2015 kemarin. Mulai dari psikofarmakoterapi, terapi hipnosis, terapi perilaku-kognitif, psikologi klinis, hingga psikoanalisis, diperbandingkan tingkat efektivitasnya dalam menangani kasus depresi kronis. Hasilnya, hanya psikoanalisis yang efektivitasnya permanen. Seluruh terapi lainnya dapat membantu namun efeknya hanya bertahan lima bulan setelah terapi diakhiri.
“Lalu mengapa Pak Fakhrun masuk ke hipnosis?,” sahut mereka.
“Ada yang namanya hipnoanalisis. Ini adalah pendekatan terapi yang sangat cantik dan elegan, paduan antara hipnosis dan psikoanalisis. Hebatnya lagi, hipnoanalisis memiliki efek permanen seperti psikoanalisis, namun dengan jumlah sesi yang lebih sedikit,” jawab saya.
Seorang dosen mengatakan, “Ya, saya pernah mendengar hipnoanalisis. Seperti Adi W. Gunawan itu kan ya?”
Dengan lugas saya katakan, “Tidak. Pak Adi berpikir itu hipnoanalisis, padahal bukan sama sekali. Apa yang dia jelaskan adalah terapi regresi dan itu bukan hipnoanalisis. Terapi regresi itu masih bagian dari hipnoterapi. Klien dibawa ke masa lalu, mengingat pengalaman traumatis, lalu diedukasi ulang. Itu hipnoterapi, bukan hipnoanalisis.”
“Lalu bagaimana hipnoanalisis bekerja?”
Saya mulai menjelaskan, “Sama dengan psikoanalisis, namun menggunakan hipnosis. Salah satu tekniknya adalah induksi mimpi. Klien dihipnosis kemudian disugestikan untuk tidur dan bermimpi selama kurang lebih 10 menit. Mimpi yang muncul kemudian diekspresikan secara otomatis, entah melalui tulisan, gambaran, permainan, drama, atau bisa juga asosiasi bebas. Mimpi ini kemudian ditafsirkan dengan serangkaian metode untuk menumbuhkan kesadaran terhadap gangguan yang dialaminya. Bukan sugesti yang menyembuhkan, tapi interpretasi yang merangsang kesadaran, itu yang menyembuhkan.”
Saya menambahkan, “Terapi regresi dan hipnoanalisis juga berbeda dari segi teori. Yang sudah lihat Live Instagramnya dr. Ryu Hasan, dia mengatakan hipnosis itu bohong, ingatan di masa lalu tidak bisa diangkat kembali, apalagi ingatan sebelum kehidupan ( past-life ). Itu kritik untuk terapi regresi dari tahun 1950an. Hipnoanalisis justru melampaui semua kritik itu. Dasar ilmiah teorinya lebih mapan, dan tekniknya lebih kukuh.”
Seorang profesor yang diam-diam mendengarkan perbincangan kami menimpali, “Jika pendekatan itu [hipnoanalisis] diterima dan dipraktikkan oleh mereka [juru hipnotis dan hipnoterapi], kita akan menemukan saingan yang sepadan!”
“Mungkin kalian harus bersiap-siap dari sekarang karena dalam waktu dekat saya menyiapkan pelatihan khusus untuk mereka,” tutup saya.
Muhammad Fakhrun Siraj