Jakarta – Partai Gerindra mengunggah video pidato Ketumnya, Prabowo Subianto yang menyebut Indonesia bisa bubar di tahun 2030. Ketua DPD Gerindra Gorontalo Elnino Husein Moha menuturkan Prabowo membaca berbagai tulisan pengamat intelektual luar negeri soal tulisan tersebut.
“Jadi gini, Pak Prabowo itu membaca berbagai tulisan orang-orang yang ada di luar negeri, pengamat intelektual yang ada. Di online juga bisa kita lihat,” kata Elnino di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (21/3/2018).
Baca juga: Sederet Negara yang Sudah Bubar di Dunia |
Husein meluruskan maksud dari pernyataan Prabowo tersebut ada harapan terhadap keutuhan Indonesia. Ia mengatakan Prabowo sudah sering berpidato seperti itu.
“Mereka punya tulisan-tulisan itu, ada yang bahasa Inggris ada juga yang sudah diterjemahkan. Nah yang Pak Prabowo inginkan adalah jangan sampai negara kita begitu dan itu sudah dia praktekkan. Sudah sering dia pidato gitu termasuk di rapat-rapat internal,” ujarnya.
Husein berharap agar pernyataan Prabowo dalam video tersebut tak lantas menjadi persoalan yang dapat memecah belah Republik Indonesia.
“Pikiran Pak Prabowo sama dengan pikiran kita. Jangan sampai yang begitu-gitu bikin kita pecah-pecah lah. Jaga bangsa ini, Indonesia mesti ada selama-lamanya. Sampai kiamat republik ini harus tetap merasa sama bersaudara, berbeda-beda agama nggak masalah, berbeda suku nggak masalah. Bhineka Tunggal Ika itu harus kita jaga, itu sebenarnya,” tuturnya.
Sebelumnya, Prabowo berpidato Indonesia bisa bubar di tahun 2030. Video potongan pidato itu diunggah akun Facebook Partai Gerindra.
Berikut pidato Prabowo soal ‘Indonesia bubar 2030’:
Saudara-saudara!
Kita masih upacara, kita masih menyanyikan lagu kebangsaan, kita masih pakai lambang-lambang negara, gambar-gambar pendiri bangsa masih ada di sini, tetapi di negara lain mereka sudah bikin kajian-kajian, di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030.
Bung!
Mereka ramalkan kita ini bubar, elite kita ini merasa bahwa 80 persen tanah seluruh negara dikuasai 1 persen rakyat kita, nggak apa-apa.
Bahwa hampir seluruh aset dikuasai 1 persen, nggak apa-apa.
Bahwa sebagian besar kekayaan kita diambil ke luar negeri tidak tinggal di Indonesia, tidak apa-apa.
Ini yang merusak bangsa kita, saudara-saudara sekalian!
Semakin pintar, semakin tinggi kedudukan, semakin curang! Semakin culas! Semakin maling!
Tidak enak kita bicara, tapi sudah tidak ada waktu untuk kita pura-pura lagi. (yas/dkp–detik.com)