Baca Tulisan Sebelumnya : The Mindset (Buku ‘Tajir Melintir’)
SEBAGAI seorang yang memahami sedikit kerja otak, usulan seorang sahabat cukup membuat saya berpikir keras. Pernyataan yang singkat, tetapi memberikan saya waktu untuk menjawabnya.
Dia menyatakan bahwa budaya bisnis bangsa Indonesia masih sangat hijau. Masih bermental pedagang kaki lima. Buktinya, ada 40 juta saudara kita yang bertumpu dari bisnis paling bawah ini.
Kalau dihitung 1 orang menghidupi 4 orang maka 10 juta saudara kita berpikir demikian. Sisanya tidak berpikir ke arah bisnis sama sekali.
Baca : Kata Pengantar (Buku ‘Tajir Melintir’)
Apakah ini kesalahan sistem kerajaan yang berkuasa di banyak wilayah Indonesia sehingga rakyat kebanyakan manut saja, atau pemahaman agama yang disalahartikan seakan harta membuat sengsara?
Harta membuat persaingan. Harta dianggap cinta dunia. Harta membuat berjarak dengan Tuhan. Harta sumber perpecahan, dan lain sebagainya. Atau mungkin ada pemahaman lain yang intinya membuat otak menjadi tidak memiliki Prosperity Conscious?
Cukup luas matriks pertanyaan tersebut. Hanya dari sebuah pernyataan: dasar pemikiran kebanyakan bangsa Indonesia bukan bisnis. Entah itu pemahaman agamanya atau pemahaman kultur budayanya. Dasarnya adalah berjarak dengan bisnis.
Saya tidak setuju dengan pemahaman tersebut, tetapi saya juga tidak menolaknya. Saya kenal sekali perilaku universal terhadap penolakan. Kita tidak akan mendapat kebenaran.
Maksudnya begini, suatu hari kita bertanya pada anak kita tentang hasil ulangannya. Dia bilang belum dibagikan. Kita tahu dia berbohong. Lantas Apakah kita akan mendesaknya atau kita memberinya waktu untuk siapkan sebuah kebenaran?
Jika kita kejar pada saat itu, dia akan tertekan. Dia akan takut. Dia akan menjadi tertutup. Dan, akhirnya kita tidak akan mendapat kebenaran.
Saya tahu sedikit tentang ilmu otak manusia ini dari 4 tahun belajar di Negeri Paman Sam pada bidang tersebut. Psikologi terapan untuk bisnis. Tahun 1990-an saya pulang, lalu bekerja sebagai profesional di dunia keuangan sebelum berwiraswasta di pertengahan tahun 1996.
Sejak tahun 2000-an, saya membantu banyak perusahaan dalam Bisnis konsultan kemudian memberanikan diri menulis beberapa tulisan untuk Anda. Mudah-mudahan ilmu yang sedikit ini bermanfaat.
Jadi, ilmu yang akan banyak saya tuangkan adalah ilmu kemanusiaan. Ilmu otak manusia bekerja. Ilmu respon dalam dunia bisnis di Indonesia.
Saya tidak akan terlalu repot dengan ilmu tinggi ekonomi yang berdasar pada transaksi di negara maju. Saya cukup bangga dengan produk lokal. Kita punya kebijaksanaan lokal sendiri. Kita harus bisa menguasai pasar dengan kebijaksanaan lokal tersebut.
Di buku saya sebelumnya yang berjudul Sadar Kaya, saya pernah membahas tentang Prosperity Conscious ini. Intinya, Tuhan menganugerahi kita semua manusia dengan otak dan akal pikiran yang sama. Jadi, jika anda miskin jangan salahkan nasib.
Otak dan akal pikiran itu ibarat hardware pemberian Tuhan. Kita hanya perlu meng-install software-nya saja. Sekarang pilihan ada di tangan Anda. Anda mau meng-install software miskin atau kaya.
Sumber : Buku ‘TAJIR MELINTIR’
Karya : Mardigu Wowiek Prasantyo
Baca Tulisan Berikutnya : Pikiran Mencipta, Hati Memimpin