Baca Tulisan Sebelumnya : Kata Pengantar (Buku ‘Tajir Melintir’)
SEBELUM saya menjelaskan bagaimana cara mengenal diri anda untuk membangun kemakmuran dan bertambah kaya, ada sebuah pertanyaan dari salah seorang rekan saya. Pertanyaan yang sederhana :
Kenapa orang harus kaya?
Memang tidak semua orang menganggap kaya itu harus. Sebagian lainnya meyakini bahwa kekayaan bukanlah hal yang perlu dikejar karena itu sifatnya terlalu mencintai dunia. Namun izinkan saya menjawab pertanyaan tersebut. Kenapa orang harus kaya?
Jadi begini, kenikmatan yang paling tinggi adalah kita mampu berdaulat. Berdaulat dengan diri sendiri. Misalkan dalam waktu 24 jam sehari, 8 jam hidup anda berikan buat orang lain, itu artinya anda belum berdaulat penuh.
Seperti ini, dari 100 orang semuanya pasti menyatakan bahwa hal yang paling di nomor satukan adalah Tuhan, lalu nomor dua adalah keluarga dan nomor tiga barulah pekerjaan. Tapi kenyataannya? Nomor satu pekerjaan, nomor dua keluarga dan Tuhan dilupakan. Itu karena kita belum berdaulat penuh dengan diri sendiri.
Lalu, berdaulat itu seperti apa? Selamat needs kita sudah terpenuhi, artinya kita sudah berdaulat. Sekali lagi, needs atau kebutuhan, bukan wants atau keinginan. Selama kebutuhan kita sudah terpenuhi, kita berdaulat. Tapi, kalau keinginan, itu nggak akan ada habisnya. Jadi, kebutuhan yang dipenuhi, bukan keinginannya.
Kebutuhan itu seperti ini, misalkan anda tinggal di bekasi. Kebutuhan anda untuk menuju ke tempat pekerjaan di jakarta adalah transportasi. Artinya, yang anda butuhkan adalah kendaraan. Lalu keinginannya adalah memiliki motor, mobil atau Ferrari. Nah, itu tergantung pada keinginan anda.
Keinginan itu memang tidak ada habisnya. Jika anda sudah memiliki kendaraan untuk berangkat kerja, tetapi masih ingin membeli mobil mewah yang baru, itu yang namanya keinginan.
Lalu jika anda bertanya kepada saya, apakah needs saya sudah terpenuhi semua? Jawabannya adalah belum. Saya masih mempunyai needs yang belum terpenuhi, yaitu sisi spiritual saya. Jujur saja, sampai saat ini saya pun masih menjadi budak uang.
Aset saya memang banyak, tetapi utang saya juga banyak. Itulah mengapa saya masih memiliki needs yang belum terpenuhi, yaitu kebutuhan akan spiritual bersama keluarga. Dan, setiap kebutuhan seseorang itu berbeda-beda pastinya.
Jadi, kembali lagi ke pertanyaan semula. Kenapa orang harus kaya? Jawabannya adalah agar needs setiap orang itu bisa terpenuhi. Karena, dari situlah, anda sudah berdaulat dengan diri sendiri.
Dalam hukum alam, ada tarik menarik dan dorong mendorong. Energi yang kita pancarkan misalnya ingin menarik sesuatu, pasti sesuatu itu akan ikut menarik kita, begitu pula sebaliknya. Itu sudah menjadi hukum alam.
Misalnya ketika cewek menolak cowok maka secara otomatis cowok justru malah semakin mengejar-ngejar nya. Itu karena ada efek energi alam tarik menarik dan dorong mendorong.
Sama halnya dengan seorang pengamen, dia memiliki energi menarik kita untuk memberi dia uang. Itulah hukum alam, energinya seperti itu. Maka, ketika anda mengejar-ngejar uang, uang justru tidak akan datang kepada kita.
Kenapa kita gagal menariknya untuk mendekat? Karena, semakin ditarik, ia semakin menarik juga. Energinya justru menolak. Semakin kita mengejar-ngejar uang, uang tidak akan datang.
Secara energi seperti itu. Walaupun kita mati-matian dalam bekerja, tetapi karena kitanya mengejar-ngejar maka uang akan berlari dan justru tidak mendekati.
Begitulah hukum alam. Kalau kita dorong, energi akan mendorong juga. Kita menarik, energi pun ikut menarik. Jadi, ketika kita menarik uang untuk datang kepada kita, energi juga ikut menarik uang dari kita.
Lantas, bagaimana caranya? Ya, kita enjoy saja, tanpa harus mengejar-ngejar uang, harta atau materi lainnya. Mereka akan datang sendiri ke kita. Ada caranya. Dan, itulah yang saya lakukan saat ini.
Bagaimana otak kita bekerja maksimal memanfaatkan energi agar seluruh alam ini bekerja sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Tanpa kita harus mengejar-ngejar. Ingat, semakin anda mengejar maka yang dikejar akan semakin menjauh.
Lalu, bagaimana kalau kita menghadapi sebuah target? Bukankah jika kita memiliki sebuah target maka kita harus mengejarnya agar bisa dapat.
Target itu kan given-nya, bukan wants atau bukan keinginan. Misalnya, ‘saya mau kaya’. Kata ‘mau’ -nya ini yang nggak boleh. Cukup ‘saya kaya’. Itu saja.
Beda konteks dan kontennya dan itu secara energi pun berbeda. Banyak di luar sana orang salah mengartikan needs dan wants. Sekali lagi bahwa needs itu terukur dan jelas, sedangkan wants tidak.
Lalu ada juga compelling reason. Seperti ini misalnya, kita mempunyai sebuah target untuk menghajikan kedua orangtua. Compelling reason-nya itu menghajikan orang tua, nah ini yang tidak boleh mati. Mesti diingat bahwa manusia harus memiliki compelling reason, memiliki alasan sangat kuat untuk mencapai sebuah target.
Kemudian, bagaimana kita menciptakan compelling reason? Nah, satu hal yang harus kita punya adalah pertanyaan ini : Apa yang anda inginkan? Berilah petunjuk kepada kehidupan anda mau kemana. Itulah compelling reason.
Sama misalnya seperti anda naik taksi, pertama kali yang ditanya oleh sang sopir taksi pada anda adalah, “Mau ke mana?” Anda pasti akan menjawab saya secara detil tujuan anda kepada sang sopir.
Bayangkan jika anda tidak kasih petunjuk kepada si sopir, pasti akan nyasar ke mana-mana, ruwet. Sama seperti hidup, jika anda tidak memiliki petunjuk atau arah tujuan yang jelas, hidup anda pasti kusut.
Kalau anda bertanya, apa compelling reason saya? Sebenarnya compelling reason saya sudah lewat, hanya saja saat ini saya menyetel compelling reason yang baru.
Dan, compelling reason saya saat ini adalah melengkapi perjalanan hidup saya untuk keliling dunia. Untuk hal-hal materi lainnya sudah lewat.
Compeling reason itu tidak harus besar dan tidak harus jauh, yang terpenting bisa menggerakkan. Ibarat tadi anda naik taksi saja, ada suatu alasan dan tujuan yang jelas ketika anda naik taksi. Kalau tidak ada, ya bakalan kusut. Begitulah compelling reason.
Sumber : Buku ‘TAJIR MELINTIR’
Karya : Mardigu Wowiek Prasantyo
Baca Tulisan Berikutnya : Menyetel Prosperity Conscious