JAKARTA – Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menyampaikan, soft diplomasi Indonesia dengan digelarnya Asian Games 2018 dapat dilihat dari beberapa aspek, yakni dari segi atlet, infrastruktur, kebudayaan, pelayanan, dan pariwisata. Hal itu ungkapkannya pada acara bedah buku tentang ‘Meningkatkan Wibawa Indonesia di ASEAN Melalui Soft Diplomasi Indonesia dan Penyelenggaraan Asian Games 2018’.
“Dari segi atlet, penyelenggaraan Asian Games 2018 dapat menjadi ajang unjuk gigi atlet Indonesia untuk bersaing dengan negara-negara luar. Sedangkan dari segi infrastruktur, menjelang pelaksanaan Asian Games 2018 Jakarta dan Palembang gencar melakukan perbaikan infrastruktur. Dengan demikian Indonesia dapat menunjukan kepada negara lain bahwa kita siap dan matang untuk menggelar acara ini,” jelas Hetifah yang didaulat sebagai pembicara dalam acara bedah buku yang digelar di Ruang Presentasi Perpustakaan MPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (08/8/2018).
Dari segi kebudayaan, lanjutnya, pada sesi Opening dan Closing Asian Games 2018 akan disuguhkan acara yang megah dengan melibatkan ribuan penari dan tata panggung yang menunjukkan ciri khas Indonesia. Menurut Hetifah, hal itu akan menjadi soft diplomacy Indonesia kepada negara lain, yakni dimana Indonesia dapat menunjukan bahwa dengan segala perbedaan yang ada dalam budaya Indonesia semua saling membantu mewujudkan kesuksesan Asian Games 2018.
“Sementara dari segi pelayanan, keramahan orang Indonesia dan juga menu makanan yang disajikan akan membawa kesan baik bagi negara lain setelah Asian Games 2018. Begitu juga dari segi pariwisata, Asian Games 2018 akan memberikan impact terhadap meningkatnya kunjungan wisatawan. “Hal ini bisa dimanfaatkan juga untuk menarik investor asing untuk berinvestasi di Indonesia,” ucap Hetifah.
Politisi Fraksi Golkar itu mengatakan, jika dikaitkan dengan konstitusi dan tugasnya di DPR, maka sesuai dengan amanat konstitusi didalam alinea ke empat, yaitu melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
“Jadi konteks dan sejarahnya jelas. Kita ditunjuk sebagai penyelenggara Asian Games menggantikan Vietnam yang mengundurkan diri. Sidang umum Dewan Olahraga Asia kemudian menunjuk Indonesia. Penunjukkan oleh Dewan Olahraga Asia tersebut bukan sembarang saja, tetapi dengan berbagai pertimbangan, yaitu Indonesia dianggap memiliki stabilitas politik dan keamanan yang relatif terjaga, serta tren pertumbuhan ekonomi kita yang positif. Venue yang ada juga dianggap sudah memenuhi kriteria,” paparnya.
Dikatakannya, Asian Games 2018 akan diikuti oleh 45 negara, lebih dari 17 ribu atlet dan official, dan juga 7 ribu media yang terlibat dalam peliputan. Diharapkan ada 5 miliar penonton dari berbagai negara yang bukan hanya dari Asia tetapi seluruh dunia. Terhadap target prestasi, Indonesia diharapkan mampu mencapai peringkat 7 sampai 10 besar.
“Kita mempersiapkan (pelaksanaan Asian Games 2018) ini kurang dari 3 tahun. Seharusnya Asian Games ke XVIII ini dilangsungkan pada tahun 2019, namun karena Indonesia melangsungkan Pemilu di tahun 2019, maka dimajukan menjadi tahun 2018. Kita sudah berusaha maksimal. Kami di DPR selalu menegaskan kepada mitra kami, baik Inasgoc maupun kementerian terkait bahwa sukses yang harus diraih bukan hanya sukses prestasi dan penyelenggaraan saja, tetapi juga sukses ekonomi dan sukses administrasi,” pungkasnya. (dep/sf–DPR)